Wisata Religi Cirebon Menjadi Destinasi Favorit!

You are currently viewing Wisata Religi Cirebon Menjadi Destinasi Favorit!

Wisata Religi Cirebon – Cirebon adalah kota yang kaya akan sejarah dan budaya, khususnya untuk penyebaran Islam di Jawa Barat. Sebagai salah satu pusat dakwah Islam pada masa Wali Songo. Cirebon memiliki pengaruh besar dalam perkembangan agama dan budaya di Nusantara.

Kota ini menjadi saksi perjalanan Islam melalui peran Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo yang berperan penting di Jawa. Selain Islam, Cirebon juga menjadi tempat bagi keberagaman agama lain, seperti Hindu, Buddha, dan Kristen, yang telah hidup berdampingan selama berabad-abad.

Dengan warisan sejarah yang panjang, Cirebon memiliki banyak situs religi yang menarik untuk dikunjungi, baik oleh umat Muslim maupun masyarakat dari berbagai kepercayaan lainnya. Beberapa destinasi wisata religi yang terkenal di Cirebon ala Naba Transport :

Rekomendasi Wisata Religi Cirebon

1. Makam Sunan Gunung Jati

wisata religi Cirebon
Ziarah Kubur Sunan Gunung Jati
Source by Dokumentasi Pribadi Naba Transport

Salah satu dari Sembilan tokoh Wali Sanga penyebar agama islam yang terkenal di Indonesia, Yaitu Syekh Syarief Hidayatullah, atau yang biasa lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati adalah Sultan pertama di Kasultanan Cirebon yang dulu bernama Keraton Pangkuwati. Sunan Gunung Jati adalah tokoh ulama yang menyebarkan agama islam di bagian barat pulau jawa.

Makam Sunan Gunung Jati memiliki bangunan yang mempunyai ciri arsitektur Jawa, Cina dan Arab. Pada desain dinding di bagian interior ruangan sangat nampak bergaya arsitektur Cina. Ini disebabkan banyaknya hiasan porselen dan keramik. Bukan hanya pada dinding, keramik yang rata-rata berumur ratusan tahun ini juga banyak terdapat di sepanjang jalan menuju makam.

Pada dinding bangunan makam terdapat ukiran kaligrafi yang mencirikan arsitektur dari Arab, sedangkan atap yang berbentuk limas adalah ciri dari Jawa. Makam ini tergolong unik sebab memiliki sembilan pintu yang bersusun secara bertingkat dan mempunyai nama yang berbeda, nama dari pintu pertama sampai terakhir adalah

1. Pintu Gapura
2. Pintu Krapyak
3. Pintu Pasujudan
4. Pintu Ratnakomala
5. Pintu Jinem
6. Pintu Rararoga
7. Pintu Kaca
8. Pintu Bacem
9. Pintu Kesembilan

Untuk para pengunjung dan peziarah hanya diperbolehkan sampai pada pintu kelima, karena setelah pintu kelima itu hanya diperbolehkan untuk kalangan keturunan Sunan Gunung Jati. Temapt Wisata Religi Cirebon ini kompleks utama nya sendiri adalah tempat dimakamkannya Sunan Gunung Jati dan istri nya Putri Ong Tien Nio (Nyi Ratu Rara Semanding) yang berasal dari negeri China. Saat berkunjung ke kompleks makam Sunan Gunung Jati setiap Pengunjung harus melepas alas kaki, mengisi buku tamu.  Dan diharapkan memberikan sumbangan sukarela kepada juru kunci yang merawat kompleks pemakaman ini.

  • Harga Tiket : Gratis
  • Jam Buka    : 08.00 – 16.00 WIB
  • Lokasi          : Jl. Alun-Alun Ciledug No.53, Astana, Kec. Gunungjati, Cirebon, Jawa Barat. Lihat di Maps

2. Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Wisata Religi Cirebon
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Source by Cirebon Bribin

Konon katanya masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon yang dibangun sekitar tahun 1480 atau semasa dengan keberadaan Wali Sanga saat menyebarkan agama islam di tanah jawa. Nama Masjid ini sendiri berasal dari kata “Sang” yang berarti Keagungan, “Cipta” yang berarti Dibangun, dan “Rasa” yang berarti digunakan. Menurut tradisi pembangunan masjid ini dikabarkan melibatkan sekitar 500 orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon sendiri. Dalam pembangunanya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai Arsitek pembangunannya.

Selain itu Sunan Gunung Jati juga membawa Raden Sepat yaitu arsitek nya Majapahit yang menjadi tawanan saat perang Demak – Majapahit untuk membantu Sunan Kalijaga dalam membangun Masjid tersebut. Sampai sekarang Masjid ini sendiri masih digunakan untuk kebutuhan shalat jamaah – jamaah yang tinggal disekitar masjid dan juga jamaah dari luar kota yang sekedar mampir atau jamaah yang ingin menunaikan shalat setelah dari Keraton Kasepuhan.

Setiap shalat jumat di masjid sang cipta rasa  ini punya suatu ciri khas unik yaitun Adzan Pitu, Adzan yang dikumandangkan secara bersamaan oleh tujuh orang Muazin berseragam serba putih. Kebiasaan tersebut sangat berkaitan dengan hikayat tentang Menjangan Wulung yang dulu merupakan sebuah wabah penyakit yang menyerang Kesultanan Cirebon.

  • Harga Tiket : Gratis
  • Jam Buka    : Setiap Hari 24 Jam
  • Lokasi          : Jl. Kasepuhan No.Komplek, Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lihat di Maps

3. Petilasan Sunan Kalijaga

Petilasan Kalijaga Cirebon
Source by Indra Aditya Yudha Tanamas

Destinasi wisata religi Cirebon lainnya adalah Situs Taman Kera Kalijaga. Dari informasi yang didapat, petilasan Kalijaga ditemukan sekitar abad ke 7 Masehi. Taman Kera Kalijaga ini merupakan salah satu peninggalan Sunan Kalijaga (Raden Mas Said). Di Taman Kera Kalijaga, pengunjung dapat melihat monyet ekor panjang secara langsung.

Juru Kunci Situs Taman Kera Kalijaga Cirebon RM Mashudi mengatakan, diperkirakan kawasan tersebut berusia 500 tahun. Dia menyebutkan, dalam situs yang didirikan oleh Sunan Kalijaga tersebut, terdapat masjid, dua buah sumur tua, tempat pesarean serta tempat Sunan Kalijaga bertapa.

  • Harga Tiket :  Gratis
  • Jam Buka    : Jum’at Pon, Kliwon, Pahing, 08:00-17:00 WIB
  • Lokasi          : Jl. Bhakti Abri, Kalijaga, Kec. Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lihat di Maps

4. Masjid Merah Panjunan

Wisata Religi Cirebon
Masjid Merah Panjunan
Source by Antaranews

Masjid yang terletak di Jl. Panjunan No.43, Panjunan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat 45112 merupakan destinasi wisata religi lainnya yang dapat kami rekomendasikan sebagai salah satu tujuan city tour di cirebon. Masjid Merah Panjunan ini telah dimasukkan sebagai benda cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia.

Masjid ini merupakan sebuah masjid berumur sangat tua yang didirikan pada tahun 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan. Ia adalah seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati. Masjid Merah Panjunan terletak di sebuah sudut jalan di Kampung Panjunan, kampung dimana terdapat banyak pengrajin tembikar.

Masjid Panjunan semula bernama mushala Al-Athya namun karena pagarnya yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan Masjid Merah Panjunan. Awalnya masjid ini merupakan tajug atau Mushola sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa, Pangeran Panjunan berinisiatif membangun Mushola tersebut menjadi masjid dengan perpaduan budaya dan agama sejak sebelum Islam, yaitu Hindu – Budha.

  • Harga Tiket : Gratis
  • Jam Buka    : Setiap hari, 24 Jam
  • Lokasi          : Jl. Panjunan No.43, Panjunan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lihat di Maps

5. Makam Pangeran Kejaksan

Plangon
Makam Pangeran Kejaksan
Source by indonesiakaya.com

Plangon terletak di sebelah selatan pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Babakan, Kecamatan Sumber. Keramat Plangon merupakan salah satu objek wisata purbakala. Di sebelah utara Keramat Plangon dibatasi oleh kebun dan sawah, di sebelah timur dibatasi oleh Sungai Cipager, di sebelah selatan dibatasi oleh sawah, dan di sebelah barat dibatasi oleh jalan raya. Luas Keramat Plangon yaitu sekitar 48 hektare.

Gapura bergaya Hindu langsung menyambut begitu pengunjung akan memasuki taman wisata alam berbalut religi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ini. Menapaki ratusan anak tangga, pengunjung akan menemukan makam seorang tokoh penyebar agama Islam di tanah Cirebon. Wisata alam dan ziarah ini bernama Plangon, berada di bukit rimbun dengan pepohonan jati sebagai penghiasnya.

Secara geografis, Situs Plangon terletak di Desa Babakan, Kecamatan Sumber, Cirebon, Jawa Barat. Menempati lahan seluas 48 hektar, wisata alam Plangon hanya berjarak 16 km dari pusat Kota Cirebon, atau dapat ditempuh hanya dalam waktu 45 menit saja.

Asal Usul Nama Plangon

Menurut juru kunci yang menjaga situs wisata alam tersebut, nama Plangon berasal dari bahasa Tegal, yaitu Klangenan, yang berarti tempat atau bukit untuk menenangkan diri. Nama ini diberikan oleh Pangeran Panjunan (Syech Syarif Abdurachman) dan Pangeran Kejaksaan, dua anak dari Raja Sulaeman bin Hud Al Baghdad, seorang raja dari Kerajaan Baghdad, Irak.

Juru kunci makam juga mengungkapkan, kedua pangeran tersebut awalnya hanya membutuhkan tempat untuk menenangkan diri ketika menyiarkan Islam yang dianutnya. Kedua pangeran kemudian melakukan pendakian ke Bukit Plangon yang sebelumnya bernama Gunung Rabo. Karena terpikat dengan kedamaian yang tercipta, Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksaan tinggal dan menetap hingga akhir hayatnya.

Makam kedua pangeran ini dapat dikunjungi di bagian puncak Bukit Plangon. Susunan bata merah menjadi landasan yang dipakai untuk menopang struktur bangunan. Selain itu, pada bagian temboknya dihiasi dengan keramik perpaduan gaya Arab dan Eropa.

  • Harga Tiket : Rp 5.000,- 
  • Jam Buka    : Setiap Hari 24 Jam
  • Lokasi          : Desa Babakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon

6. Vihara Dewi Welas Asih

Wisata Religi Cirebon
Vihara Dewi Welas Asih
Source by Detik Travel

Vihara Dewi Welas Asih, juga dikenal sebagai Klenteng Tiao Kak Sie, adalah salah satu simbol penting dari kerukunan antaragama di Cirebon, Jawa Barat. Dibangun pada abad ke-16 sekitar tahun 1559 Masehi, vihara ini merupakan tempat ibadah utama bagi umat Kong Hu Chu di daerah tersebut. Uniknya, pembangunan vihara ini juga melibatkan komunitas Muslim setempat; pilar utama Vihara Dewi Welas Asih dikabarkan berasal dari Masjid Sang Cipta Rasa. Hal ini mencerminkan hubungan harmonis dan saling mendukung antara dua agama berbeda dalam suatu masyarakat yang sama.

Salah satu aspek yang menonjol dari Vihara Dewi Welas Asih adalah adanya aktivitas lintas agama dalam beberapa kegiatan di vihara ini. Salah satunya adalah grup kesenian Barongsai bernama “Singa Mas”. Grup ini terdiri dari para pelajar SLTP sampai SLTA yang hampir semua beragama Islam. Mereka tidak hanya menghormati tradisi dan budaya Kong Hu Chu melalui partisipasi mereka dalam kesenian Barongsai, tetapi juga membantu memperkuat ikatan antar komunitas dan agama.

Klenteng Tiao Kak Sie atau Vihara Dewi Welas Asih bukan hanya menjadi saksi bisu tentang kerukunan umat beragama di Cirebon tetapi juga menjadi wujud nyata interaksi dan pertukaran budaya antar etnis serta agama. Tempat ibadah yang satu ini memainkan peran penting dalam menjaga harmoni sosial dan toleransi di masyarakat Cirebon, serta menjadi contoh bagaimana kerjasama dan saling pengertian dapat membangun sebuah masyarakat yang damai dan sejahtera.

  • Harga Tiket : Gratis
  • Jam Buka    : Setiap Hari, 24 Jam
  • Lokasi          : Jl. Kantor, Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon

7. Gereja Katolik Santo Yusuf

Wisata Religi Cirebon
Gereja Santo Yusuf
Source by Diyahrestiyanti

Gereja Santo Yusuf di Cirebon adalah sebuah monumen sejarah dan spiritual yang penting, berdiri teguh sebagai gereja Katolik pertama di Jawa Barat. Dibangun pada tahun 1880, gereja ini awalnya didirikan sebagai tempat peribadatan untuk komunitas Eropa yang tinggal di Cirebon pada masa itu. Sebagai bukti dari pengaruh budaya Eropa pada masa kolonial, arsitektur Gereja Santo Yusuf menampilkan gaya Eropa klasik yang menjadi ciri khas bangunan ini.

Bangunan Gereja Santo Yusuf mencerminkan kekayaan sejarah dan budaya Cirebon. Meskipun telah berlalu lebih dari satu abad sejak pendiriannya, struktur asli gedung ini masih dipertahankan hingga saat ini. Hal ini menunjukkan komitmen kuat untuk melestarikan warisan sejarah dan budaya serta mempertahankan integritas spiritual tempat ibadah tersebut.

Dalam konteks keragaman agama di Cirebon, Gereja Santo Yusuf juga merupakan simbol penting toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Keberadaannya bersama dengan masjid dan vihara mencerminkan gambaran masyarakat Cirebon yang multikultural dan inklusif. Ini adalah contoh nyata bagaimana berbagai agama dapat hidup berdampingan dalam harmoni dalam suatu masyarakat, memperkaya budayanya melalui pertukaran nilai-nilai dan tradisi mereka masing-masing.

  • Harga Tiket : Gratis
  • Jam Buka    : Setiap Hari, 24 Jam
  • Lokasi          : Jl. Yos Sudarso No.20, Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon

Peran dan Nilai Religi Di Cirebon

Peran Cirebon dalam Penyebaran Islam di Jawa Barat

Sebagai pusat kekuasaan Kesultanan Cirebon, kota ini menjadi titik pertemuan berbagai budaya dan agama. Hal ini juga yang turut memperkaya proses Islamisasi di wilayah ini. Pada abad ke-15, Cirebon berkembang menjadi pusat perdagangan dan dakwah Islam.

Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal sebagai Syarif Hidayatullah, memimpin penyebaran Islam dengan pendekatan budaya dan pendidikan. Beliau mendirikan masjid, pesantren, serta menjalin hubungan dengan kerajaan Islam lainnya, seperti Demak dan Banten. Perannya yang besar membuat Cirebon menjadi kota religius yang terus mempertahankan tradisi Islam hingga saat ini.

Pengaruh Budaya Tionghoa, Arab, Kristiani, dan Jawa dalam Arsitektur dan Tradisi Religius

Keberagaman budaya di Cirebon juga sangat memengaruhi arsitektur dan tradisi religius di kota ini. Pengaruh dari berbagai etnis dan agama terlihat dalam berbagai bangunan serta ritual yang masih dilestarikan hingga kini.

  1. Budaya Tionghoa

    • Terlihat dalam arsitektur Masjid Merah Panjunan, yang memiliki ornamen khas Tionghoa dan bata merah yang menjadi ciri khas bangunan Tionghoa pada masa itu.
    • Vihara Dewi Welas Asih, tempat ibadah umat Buddha yang memiliki arsitektur khas dengan dominasi warna merah dan emas.
    • Tradisi Cap Go Meh yang masih dirayakan di Cirebon dan menarik banyak wisatawan.
  2. Budaya Arab

    • Arsitektur masjid-masjid tua di Cirebon, seperti Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dipengaruhi oleh budaya Arab, terutama dalam bentuk mihrab dan kaligrafi Islam yang menghiasi bagian dalamnya.
    • Tradisi keagamaan seperti Maulid Nabi dan Sholawatan yang berkembang di Cirebon mendapat pengaruh dari budaya Islam Timur Tengah.
  3. Budaya Kristiani

    • Keberadaan Gereja Katolik Santo Yusuf, gereja tertua di Cirebon yang memiliki desain arsitektur khas Eropa.
    • Perayaan Natal dan Paskah yang diadakan di gereja-gereja di Cirebon turut menunjukkan keragaman budaya dan agama di kota ini.
  4. Budaya Jawa

    • Terdapat dalam ritual-ritual Islam Kejawen, seperti tradisi Sedekah Bumi dan Ziarah Makam Wali, yang menggabungkan ajaran Islam dengan kearifan lokal.
    • Arsitektur Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman yang masih mempertahankan gaya khas Jawa dengan ukiran-ukiran bernuansa Islam.

Wisata Religi Cirebon Bersama Naba Transport

Sebagai kota yang memiliki keragaman tempat ibadah bersejarah seperti Masjid Sang Cipta Rasa, Vihara Dewi Welas Asih, dan Gereja Santo Yusuf, Cirebon menawarkan wisata religi yang tak hanya memperkaya pengetahuan sejarah dan budaya, tetapi juga memberikan pengalaman spiritual yang mendalam. Menjelajahi keindahan dan keunikan masing-masing tempat ibadah ini akan menjadi pengalaman berharga dalam perjalanan Anda.

Untuk memaksimalkan kunjungan Anda di Cirebon, Naba Transport siap menjadi partner terpercaya Anda. Dengan berbagai jenis kendaraan mulai dari mobil keluarga seperti Avanza dan Ertiga hingga Big MPV seperti Hiace dan Elf, kami menjamin kenyamanan perjalanan wisata religi Anda baik itu secara individu maupun rombongan. Nikmati layanan profesional kami dengan armada kendaraan yang selalu terjaga kebersihan dan kelayakannya. Bersama Naba Transport, jelajahi keindahan Cirebon dengan nyaman dan aman.

Call Us

WhatsApp / Call

Follow Us

Share This :